JOJOBA Vs KPJM
“ Emm...bosen juga, yah kalo maen futsal cuman gini-gini ajah,” kata Kamal Hasan sambil menenggak air mineral dengan terpaksa karena tak dilihatnya kotak susu di meja.
“Mangnya maen futsal mau kayak gimana? Dari zaman embah gue yang namanya maen futsal tuh ya beginih,” sahut Dayat sambil merebut botol air mineral yang masih dalam posisi mulut botol masuk ke mulut Kamal. Kamal terbatuk-batuk karena air masuk ke saluran hidungnya maka ia gantian merebut botol air mineral murahan tersebut dari tangan Dayat. Dayat kembali hendak merebut tapi sebelum tangan Dayat menjangkau botol tersebut Babe Markonah menjadi 'penengah'. Dengan sigap ia meraih botol tersebut dan membawanya menjauh lalu dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun ia menghabiskan isinya.
“Bbe!” Seru Kamal dan Dayat.
“Saya ada ide. Gimana kalo para warga yang belum menikah melawan warga yang sudah menikah?” tanya Urvan yang tiba-tiba muncul dengan menenteng sepatunya yang sempat melayang saat bermain futsan barusan.
“KPJM Vs JOJOBA?” Tanya Dayat menebak.
“Tul!” jawab Urvan sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Dayat.
“Good ide, Ur!” sahut Kamhas sambil menepuk bahu Urvan yang kurus.
“KPJM VS JOJOBA? O, tidaaaak!” Seru Fera tiba-tiba. Kamhas,Urvan dan kesemuanya yang berada di sekitar Fera menoleh ke arah Fera dengan kaget tak dibuat-buat.
“Kenapa , Fer?” tanya Urvan keheranan sambil menurunkan telapak tangan Fera yang masih dalam posisi mendekap mulutnya sendiri yang menganga. Fera menggeleng dan tiba-tiba ia mohon pamit hendak pulang terlebih dahulu. Ada janji begitu alasannya
Kamhas memanggil teman-temannya untuk membicarakan ide Urvan. Puluhan warga dari kalangan KPJM dan JOJOBA membahas teknik lomba dan lain sebagainya. Telah terpilih Pak IAF sebagai manajer tim KPJM dan Pak Idrus sebagai menejer JOJOBA. Pertandingan akan dilaksanakan hari Minggu depan.
“Ah, KPJM udeh pade ndut semua jadi it's a piece of cake tuk mengalahkan mereka.” kata Kamhas kepada teman-temannya sesama jomblo yang kini terpisah dengan para anggota KPJM.
“Paling-paling babak pertama udeh pade keok, tuh!” sahut Dayat dengan mulut mencibir ke arah anggota KPJM yang tampaknya sedang berunding serius.
“Tul! Bahkan kuyakin sekali kita bisa mengalahkan mereka walau tanpa latihan sama sekali.” Balas Urvan.
Sementara itu di kubu KPJM tengah membicarakan strategi untuk mengalahkan Pak Idrus Cs. Babe Markonah mengusulkan agar anggota KPJM yang berbadan gemuk menjadi pemain cadangan saja tapi belum juga Babe Markonah mengemukakan alasannya Arul sudah mencak-mencak.
“Memangnya salah mempunyai badan gemuk? Gemuk atau kurus enggak masalah yang penting produktif! Inget, produktif bagi tim! Emangnya ente bisa ngeblock Dian Syahril?! Salah-salah ente malah melayang ketubruk Dian Syahril!”
Babe Markonah hendak memberikan alasan tapi Pak IAF buru menengahi karena ia yakin eyel-eyelan antara Babe Markonah dan Arul akan terus berlanjut apalagih setiap orangpun tahu bahwa milanisti dan juplenisti tak pernah akur dalam urusan sepakbola. “ Sudah ! sudah! Sekarang kita tentukan pemain inti tim kita. Tentunya berjumlah 5 ekor eh maksutnya 5 orang.”
Tepat menjelang dzuhur pemain 5 pemain inti dan 7 pemain cadangan kedua tim telah terpilih. Meski salah satu pemain inti tim JOJOBA,Fera tidak ada di tempat namun Urvan tetap menuliskan namanya di daftar pemain inti. Setelah kedua menejer tim bersalaman mereka membubarkan diri dan akan bertemu lagi seminggu kemudian. Demi asas keadilan mereka sepakat mendatangkan wasit dari kampung sebelah.
Sementara di rumahnya Fera sedang gundah gulana. Ia yakin ia terpilih sebagai pemain inti di tim JOJOBA tapi sungguh dari lubuk hatinya yang paling dangkal sekalipun ia sama sekali tak ingin bermain untuk JOJOBA karena ia telah mengucapkan selamat tinggal untuk JOJOBA. Ia telah melepaskan segala atribut JOJOBA dan sebaliknya ia dengan suka rela hendak masuk KPJM. Tapi dibalik kegundahannya Fera sedikit mempunyai harap semoga teman-teman di JOJOBA tau diri dengan tidak memilihnya menjadi pemain inti mengingat ia sebentar lagi akan menikah. Tapi harapan itu tipis sehingga sangat tak bisa diharapkan. Duh, Gusti! Ingin rasanya Fera menghilang ke negeri antah berantah hingga pertandingan JOJOBA Vs KPJM berakhir tapi ia bingung di manakah negeri antah berantah itu.
*****
Riuh rendah tepuk tangan warga memenuhi lapangan futsal Kampung MyQ. Suporter JOJOBA yang tentunya kesemuanya berstatus jomblo memenuhi sebelah kiri lapangan dan suporter KPJM ada di sebelah kanan lapangan. Spanduk dukungan berkibar di tribun suporter JOJOBA. LIBAS KPJM. BIAR JOMBLO YANG PENTING KEREN! KPJM LEBIH BAIK NIMANG ANAK - ANAK DARIPADA MAEN FUTSAl!JOJOBA YES, KPJM ENTAR DULUUUU! Para suporter JOJOBA menyanyikan yel-yel bahkan para jomblowan membawakan sebuah tarian di pinggir tribun. Suporter dan pemain KPJM bergidik demi melihat ulah para suporter JOJOBA. “Dasar jomblo! Aneh-aneh ajah ulahnya.” kata Babe Dzaki. “Ah, biarin aje mereka begitu tapi tunggu sekitar 20 menit lagi, gue yakin mereka akan bercucuran air mata melihat JOJOBA keok di tangan kita.” sahut abe Markonah sambil berkacak pinggang.
“Jakarta sempit euy! Jangan berkacak pinggang, dunks!” Teriak Kamhas kepada Babe Markonah sambil ngakak tak karuan. Babe Markonah memiringkan telunjuknya di dahi sambil menoleh ke arah Kamhas. Kamhas kian ngakak persis orang kesurupan.
“Mal, si Fera belum nongol juga, nih!” kata Urvan sambil tergopoh menemui Kamhas.
“Wah, jangan-jangan lagi konser nasyid tuh bocah,” sahut Dian Syahril sambil menggaruk kepalanya yang memang gatal.
“Lha mbok ya ditelpon, tho.”usul Dayat.
“Ratusan kali kutelpon, mbah tapi hpnya ndak ada yang aktip. Nha itu dia orangnya!” kata Urvan sambil menunjuk ke arah pintu masuk. Tampak sosok Fera yang gontai dan muka memelas muncul.
“Ealah calon penganten kok lemes amat,” kata Kamhas sambil menepuk bahu Fera. Fera malah merosot ke lantai dan diam seribu bahasa.
“Lho lho kenapa, Fer? Kena tilang?” tanya Dayat. Fera menggeleng.
“Belum sarapan?” Dian Syahril ganti bertanya tapi lagi-lagi dijawab oleh Fera dengan gelengan kepala. Satu-satu pemain inti JOJOBA bertanya kepada Fera tapi tiada kata terucap dari bibir Fera. Sejenak kemudian Fera angkat bicara. Dengan terbata-bata ia jujur kepada teman-temannya bahwa ia tak ingin bermain untuk JOJOBA karena ia telah bertekat melepaskan diri dari JOJOBA. Terjadi kehebohan. Beberapa anggota tim JOJOBA mencak-mencak dan menuduh Fera pengkhianat. Beruntung Pak Idrus muncul dengan seringainya yang khas. Ia mendirikan Fera sebelum Fera basah kuyup karena puluhan orang sedang berkata-kata dengan berapi-api di depannya. Siapapun tau bahwa jika berkata dengan berapi-api akan mengeluarkan cairan dari mulutnya.
“Fera, bermain untuk JOJOBA atau tidak itu hak kamu tapi kenapa baru sekarang kau katakan? Kemarin kamu juga masih ikut latihan kan? So?” Pak Idrus mengintrograsi Fera. Fera tak berkata-kata karena kebingungan kata apa yang hendak ia ucapkan. Ia takut keseleo lidah mengucapkan kalimat ijab qobul karena beberapa hari terakhir ini ia menghafal kalimat tersebut.
“Ah, sudah ganti aja yang lain! Mangnya gak ada pemain lain apa?! “ teriak seseorang diantara kerumunan. Akhirnya posisi Fera diisi oleh Hadid. Pengumuman tanda pertandingan akan segera dimulai terdengar menggema di ruangan yang kini penuh sesak oleh warga.
*****
Kamhas salto di tengah lapangan, Dayat mengitari lapangan sambil merntangkan kedua tangannya, Urvan mengacungkan jari telunjuknya ke atas. Sedangkan Dian Syahril dan Hadid melonjak-lonjak. Semua hal aneh itu mereka lakukan demi sebuah perayaan gol untuk kesekian kalinya bagi tim JOJOBA. Tim KPJM tampak lesu. Berkali-kali tim KPJM melakukan pergantian pemain tapi tim JOJOBA belum pernah sekalipun. Peluit ditiup yang berarti babak pertama usai. Suporter JOJOBA bersorak-sorai. Kalimat-kalimat yang menurunkan mental tim lawanpun terlontar dengan nyaring namun begitu memanaskan telinga tim KPJM dan suporternya.
“Izti , aku ada ide dan aku yakin di babak kedua JOJOBA bakal bertekuk lutut. Kau mau tau?” tanya Ayyash dengan geram memperhatikan ulah tim JOJOBA dan suporternya.
“O, ya? Ide apa?”
“Ayo kita ke rumahku sebentar. Waktu istirahat 10 menit jadi kurasa cukup untuk membalikkan keadaan.” Kata Ayyash sambil menggelandang Izti keluar dari stadion.
“Tar dulu, bu! Untuk apa aku harus ke rumahmu?”
“Ah, nanti saja aku jelaskan. Waktu kita sudah berkurang ½ menit, nih.”
“Ah, jelaskan sekarang! Jangan bikin penasaran, deh!”
“Ok. Ok.” Bu Ayyash memberi isyarat agar para supeoter KPJM yang kebanykkan ibu-ibu dan anak-anak merubungnya. Terdengar ejekan dari kubu JOJOBA.
“Jadi gini, Guys. Dukungan suporter mereka sangat hebat. Hal ini membuat mereka jadi percaya diri. Beda dengan kita yang adem ayem saja seperti menyaksikan orkestra.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan? Kebanyakkan dari kita kan memang tidak tahu menahu soal sepakbola.” sahut Izti.
“Itu enggak penting tapi yang terpenting adalah support kita.”
“Trus?”
“Nha langsung saja kujelaskan. Aku dan Izti ke rumahku untuk mencetak beberapa foto dari kita dan pasangan kita, ehem! Foto mesra maksute. Dan ibu-ibu yang lain bersiap-siap latihan pasang aksi mesra ketika peluit pertandingan ditiup.”
“Apa?! Jangan gila, dunk masa kita suruh mesra-mesraan di tempat umum!” istri Babe Markonah protes.
“Bbe! Dengerin dulu! Aksi mesranya jangan seperti aksi mesra seperti di rumah. Misale gini : ente cium tangan Babe Markonah trus Babe Markonah suruh membelai kepalamu dan kepala anak kalian trus....ya pokoke gituhlah. Saya yakin JOJOBA bakal ngiler melihat aksi kita dan hal ini akan membuat mereka kehilangan konsentrasi. Perang mental, huhahahaha...!”
“Sip! Aku ngerti maksutmu, Yash! Akan lebih baik kalo ada diantara kita menulis kalimat-kalimat romantis untuk menyemangati suami-suami kita. Misalnya, SELAMAT BERJUANG, SAYANG... dan lain sebagainya. Bagaimana?” Izti tampak berbinar dengan penemuannya. Semua mengangguk dan tampak setuju. Tanpa menunggu waktu lama lagi para ibu tersebut melakukan tugas-tugasnya. Tak sedetikpun waktu terbuang.
3 menit menjelang babak kedua Izti dan Ayyash telah muncul dengan sehelai kain putih tak begitu lebar tapi panjang masih terlipat dengan asal. Beberapa anak kecil berbaris rapi di dekat garis lapangan dengan ibu mereka dibelakangnya. Izti dan ayyash mengambil posisi dekat dengan suporter JOJOBA. Beberapa ibu tampak memegang gulungan karton putih. Pngumuman bahwa 1 menit lagi pertandingan akan dimulai terdengar dari pengeras suara. Suporter Jojoba berteriak-teriak ketika tim inti JOJOBA melangkah ke lapangan dengan wibawa yang dibuat-buat plus overacting. Tapi sungguh siapa sangka siapa nyana kegemparan suporter JOJOBA mendadak lenyap bagai tergusur tsunami. Mereka melongo dan mengangakan mulut mereka secara serempak hingga akan tampak menjadi sebuah gambar yang 'bagus' apabila diabadikan. Mereka dibuat tak berkutik dengan aksi para suporter KPJM dan pemainnya. Tulisan yang meskipun dibuat asal jadi di atas beberapa lembar karton putih membuat hati mereka mencelos dan menelan ludah. “SELAMAT BERJUANG, SAYANG...” I LOVE YOU MY HERO” “CANDLE LIGHT DINNER MENANTI KEMANGAN INI, CINTAKU” “PELUK CINTA DAN SAYANG DARI ISTRIMU,SAYANG...” hati mereka kian berkecamuk ketika melihat kain panjang yang direntangkan Izti dan Ayyash. Beberapa foto pengantin ukuran A4 yang tertempel di kain tersebut. Foto-foto tersebut adalah foto Izti dan Ardhi ketika bergandengan tangan setelah akad nikah, lalu foto pengantin Ayyash dan suaminya yang tak kalah mesranya. Di bawah foto itu tertulis kalimat, “SELAMAT TINGGAL JOJOBA” Aksi mesrapun dimulai. Para pemain inti sebelum memasuki lapangan menghampiri istri dan anak-anak mereka lalu tanpa diduga aksi mereka yang sebenarnya tak begitu mesra membuat para suporter JOJOBA menjerit dan terdengar lolongan “tidaaaak!” Pemain inti JOJOBA menoleh ke arah tribun suporternya dan leher mereka seperti ditarik kearah tribun suporter KPJM. Dengan serempak mereka mendekap mulut mereka masing-masing. Apa yang terjadi selanjutnyah terhadap mereka sangat tak beda jauh dengan apa yang terjadi dengan para suporternya baru saja. Sebelum mereka menghabiskan ludah mereka dengan menelannya secara terus menerus demi menyaksikan apa yang terjadi di tribun KPJM wasit telah memperingatkan agar semua pemain ke lapangan. Kick off. Tapi Dayat CS seperti kehilangan nyawa. Seperti ada yang menarik syaraf penglihatan mereka ke arah foto-foto yang terpampang di tribun KPJM. Urvan , sang penjaga gawang melakukan kesalahan fatal karena ia meloncat maju lalu mendekap kepala Kamhas yang disangkanya adalah bola. Alhasil kebobolan gawang JOJOBA. Dian Syahril yang selama ini ditakuti Babe Markonah karena postur tubuhnya yang melebihi dirinya dengan mudah dapat dibody sehingga tak sedetikpun di 10 menit pertama babak kedua ini Dian Syahril dapat menguasa bola. Dayat tak kalah fatalnya dalam melakukan kesalahan. Ia memasukkan bola ke gawangnya sendiri. Sumpah serapah menghujani dirinya. Pak Idrus menggaruk kepalanya lalu meninju tiang dihadapannya demi melampiaskan kekesalannya atas apa yang terjadi dilapangan. Ia melakukan pergantian pemain berkali-kali. Bahkan ketika pengganti Hadid baru saja masuk lapangan ia sudah menggantinya lagi dengan pemain lain. Nasib sial rupanya menimpa Pak Idrus. Baru saja ia berhenti meneriaki anak buahnya di lapangan tiba-tiba sebuah sepatu hitam melayang ke arah mukanya. Urvan, sang empunya sepatu ketakutan bukan kepalang. Saking takutnya ia berlari ke luar lapangan. Gawang JOJOBA tanpa penjaga dan satu gol tercipta dari kaki Arul. Dramatis sekali karena beberapa detik setelah gol kemenangan tersebut peluit wasit ditiup. Pertandingan usai dengan selisih gol antara JOJOBA dan KPJM adalah 5. Fantastik!
Pak Iaf sebagai menejer KPJM menyalami wasit dan mendatangi Pak Idrus yang kini memeluk tiang dengan satu tangannya sementara tangan satunya memegangi mukanya yang terlempar sepatu.
“Pak Idrus, namanya pertandingan pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Ada banyak hal dalam sebuah pertandingan daripada hanya urusan kalah dan menang. Ya setidaknya kita jadi tau bahwa istri-istri kita eh kami adalah penyemangat kami dalam berbagai hal bahkan dalam sebuah permainan seperti ini. Lihatlah mereka membuat kami membalikkan keadaan bukan? Errr...jadi kapan Pak Idrus akan menikah?” tanya Pak Iaf menggoda. Pak Idrus terkesiap dan berteriak “ tidaaaakkk!”
created :
ayyash
“ Emm...bosen juga, yah kalo maen futsal cuman gini-gini ajah,” kata Kamal Hasan sambil menenggak air mineral dengan terpaksa karena tak dilihatnya kotak susu di meja.
“Mangnya maen futsal mau kayak gimana? Dari zaman embah gue yang namanya maen futsal tuh ya beginih,” sahut Dayat sambil merebut botol air mineral yang masih dalam posisi mulut botol masuk ke mulut Kamal. Kamal terbatuk-batuk karena air masuk ke saluran hidungnya maka ia gantian merebut botol air mineral murahan tersebut dari tangan Dayat. Dayat kembali hendak merebut tapi sebelum tangan Dayat menjangkau botol tersebut Babe Markonah menjadi 'penengah'. Dengan sigap ia meraih botol tersebut dan membawanya menjauh lalu dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun ia menghabiskan isinya.
“Bbe!” Seru Kamal dan Dayat.
“Saya ada ide. Gimana kalo para warga yang belum menikah melawan warga yang sudah menikah?” tanya Urvan yang tiba-tiba muncul dengan menenteng sepatunya yang sempat melayang saat bermain futsan barusan.
“KPJM Vs JOJOBA?” Tanya Dayat menebak.
“Tul!” jawab Urvan sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Dayat.
“Good ide, Ur!” sahut Kamhas sambil menepuk bahu Urvan yang kurus.
“KPJM VS JOJOBA? O, tidaaaak!” Seru Fera tiba-tiba. Kamhas,Urvan dan kesemuanya yang berada di sekitar Fera menoleh ke arah Fera dengan kaget tak dibuat-buat.
“Kenapa , Fer?” tanya Urvan keheranan sambil menurunkan telapak tangan Fera yang masih dalam posisi mendekap mulutnya sendiri yang menganga. Fera menggeleng dan tiba-tiba ia mohon pamit hendak pulang terlebih dahulu. Ada janji begitu alasannya
Kamhas memanggil teman-temannya untuk membicarakan ide Urvan. Puluhan warga dari kalangan KPJM dan JOJOBA membahas teknik lomba dan lain sebagainya. Telah terpilih Pak IAF sebagai manajer tim KPJM dan Pak Idrus sebagai menejer JOJOBA. Pertandingan akan dilaksanakan hari Minggu depan.
“Ah, KPJM udeh pade ndut semua jadi it's a piece of cake tuk mengalahkan mereka.” kata Kamhas kepada teman-temannya sesama jomblo yang kini terpisah dengan para anggota KPJM.
“Paling-paling babak pertama udeh pade keok, tuh!” sahut Dayat dengan mulut mencibir ke arah anggota KPJM yang tampaknya sedang berunding serius.
“Tul! Bahkan kuyakin sekali kita bisa mengalahkan mereka walau tanpa latihan sama sekali.” Balas Urvan.
Sementara itu di kubu KPJM tengah membicarakan strategi untuk mengalahkan Pak Idrus Cs. Babe Markonah mengusulkan agar anggota KPJM yang berbadan gemuk menjadi pemain cadangan saja tapi belum juga Babe Markonah mengemukakan alasannya Arul sudah mencak-mencak.
“Memangnya salah mempunyai badan gemuk? Gemuk atau kurus enggak masalah yang penting produktif! Inget, produktif bagi tim! Emangnya ente bisa ngeblock Dian Syahril?! Salah-salah ente malah melayang ketubruk Dian Syahril!”
Babe Markonah hendak memberikan alasan tapi Pak IAF buru menengahi karena ia yakin eyel-eyelan antara Babe Markonah dan Arul akan terus berlanjut apalagih setiap orangpun tahu bahwa milanisti dan juplenisti tak pernah akur dalam urusan sepakbola. “ Sudah ! sudah! Sekarang kita tentukan pemain inti tim kita. Tentunya berjumlah 5 ekor eh maksutnya 5 orang.”
Tepat menjelang dzuhur pemain 5 pemain inti dan 7 pemain cadangan kedua tim telah terpilih. Meski salah satu pemain inti tim JOJOBA,Fera tidak ada di tempat namun Urvan tetap menuliskan namanya di daftar pemain inti. Setelah kedua menejer tim bersalaman mereka membubarkan diri dan akan bertemu lagi seminggu kemudian. Demi asas keadilan mereka sepakat mendatangkan wasit dari kampung sebelah.
Sementara di rumahnya Fera sedang gundah gulana. Ia yakin ia terpilih sebagai pemain inti di tim JOJOBA tapi sungguh dari lubuk hatinya yang paling dangkal sekalipun ia sama sekali tak ingin bermain untuk JOJOBA karena ia telah mengucapkan selamat tinggal untuk JOJOBA. Ia telah melepaskan segala atribut JOJOBA dan sebaliknya ia dengan suka rela hendak masuk KPJM. Tapi dibalik kegundahannya Fera sedikit mempunyai harap semoga teman-teman di JOJOBA tau diri dengan tidak memilihnya menjadi pemain inti mengingat ia sebentar lagi akan menikah. Tapi harapan itu tipis sehingga sangat tak bisa diharapkan. Duh, Gusti! Ingin rasanya Fera menghilang ke negeri antah berantah hingga pertandingan JOJOBA Vs KPJM berakhir tapi ia bingung di manakah negeri antah berantah itu.
*****
Riuh rendah tepuk tangan warga memenuhi lapangan futsal Kampung MyQ. Suporter JOJOBA yang tentunya kesemuanya berstatus jomblo memenuhi sebelah kiri lapangan dan suporter KPJM ada di sebelah kanan lapangan. Spanduk dukungan berkibar di tribun suporter JOJOBA. LIBAS KPJM. BIAR JOMBLO YANG PENTING KEREN! KPJM LEBIH BAIK NIMANG ANAK - ANAK DARIPADA MAEN FUTSAl!JOJOBA YES, KPJM ENTAR DULUUUU! Para suporter JOJOBA menyanyikan yel-yel bahkan para jomblowan membawakan sebuah tarian di pinggir tribun. Suporter dan pemain KPJM bergidik demi melihat ulah para suporter JOJOBA. “Dasar jomblo! Aneh-aneh ajah ulahnya.” kata Babe Dzaki. “Ah, biarin aje mereka begitu tapi tunggu sekitar 20 menit lagi, gue yakin mereka akan bercucuran air mata melihat JOJOBA keok di tangan kita.” sahut abe Markonah sambil berkacak pinggang.
“Jakarta sempit euy! Jangan berkacak pinggang, dunks!” Teriak Kamhas kepada Babe Markonah sambil ngakak tak karuan. Babe Markonah memiringkan telunjuknya di dahi sambil menoleh ke arah Kamhas. Kamhas kian ngakak persis orang kesurupan.
“Mal, si Fera belum nongol juga, nih!” kata Urvan sambil tergopoh menemui Kamhas.
“Wah, jangan-jangan lagi konser nasyid tuh bocah,” sahut Dian Syahril sambil menggaruk kepalanya yang memang gatal.
“Lha mbok ya ditelpon, tho.”usul Dayat.
“Ratusan kali kutelpon, mbah tapi hpnya ndak ada yang aktip. Nha itu dia orangnya!” kata Urvan sambil menunjuk ke arah pintu masuk. Tampak sosok Fera yang gontai dan muka memelas muncul.
“Ealah calon penganten kok lemes amat,” kata Kamhas sambil menepuk bahu Fera. Fera malah merosot ke lantai dan diam seribu bahasa.
“Lho lho kenapa, Fer? Kena tilang?” tanya Dayat. Fera menggeleng.
“Belum sarapan?” Dian Syahril ganti bertanya tapi lagi-lagi dijawab oleh Fera dengan gelengan kepala. Satu-satu pemain inti JOJOBA bertanya kepada Fera tapi tiada kata terucap dari bibir Fera. Sejenak kemudian Fera angkat bicara. Dengan terbata-bata ia jujur kepada teman-temannya bahwa ia tak ingin bermain untuk JOJOBA karena ia telah bertekat melepaskan diri dari JOJOBA. Terjadi kehebohan. Beberapa anggota tim JOJOBA mencak-mencak dan menuduh Fera pengkhianat. Beruntung Pak Idrus muncul dengan seringainya yang khas. Ia mendirikan Fera sebelum Fera basah kuyup karena puluhan orang sedang berkata-kata dengan berapi-api di depannya. Siapapun tau bahwa jika berkata dengan berapi-api akan mengeluarkan cairan dari mulutnya.
“Fera, bermain untuk JOJOBA atau tidak itu hak kamu tapi kenapa baru sekarang kau katakan? Kemarin kamu juga masih ikut latihan kan? So?” Pak Idrus mengintrograsi Fera. Fera tak berkata-kata karena kebingungan kata apa yang hendak ia ucapkan. Ia takut keseleo lidah mengucapkan kalimat ijab qobul karena beberapa hari terakhir ini ia menghafal kalimat tersebut.
“Ah, sudah ganti aja yang lain! Mangnya gak ada pemain lain apa?! “ teriak seseorang diantara kerumunan. Akhirnya posisi Fera diisi oleh Hadid. Pengumuman tanda pertandingan akan segera dimulai terdengar menggema di ruangan yang kini penuh sesak oleh warga.
*****
Kamhas salto di tengah lapangan, Dayat mengitari lapangan sambil merntangkan kedua tangannya, Urvan mengacungkan jari telunjuknya ke atas. Sedangkan Dian Syahril dan Hadid melonjak-lonjak. Semua hal aneh itu mereka lakukan demi sebuah perayaan gol untuk kesekian kalinya bagi tim JOJOBA. Tim KPJM tampak lesu. Berkali-kali tim KPJM melakukan pergantian pemain tapi tim JOJOBA belum pernah sekalipun. Peluit ditiup yang berarti babak pertama usai. Suporter JOJOBA bersorak-sorai. Kalimat-kalimat yang menurunkan mental tim lawanpun terlontar dengan nyaring namun begitu memanaskan telinga tim KPJM dan suporternya.
“Izti , aku ada ide dan aku yakin di babak kedua JOJOBA bakal bertekuk lutut. Kau mau tau?” tanya Ayyash dengan geram memperhatikan ulah tim JOJOBA dan suporternya.
“O, ya? Ide apa?”
“Ayo kita ke rumahku sebentar. Waktu istirahat 10 menit jadi kurasa cukup untuk membalikkan keadaan.” Kata Ayyash sambil menggelandang Izti keluar dari stadion.
“Tar dulu, bu! Untuk apa aku harus ke rumahmu?”
“Ah, nanti saja aku jelaskan. Waktu kita sudah berkurang ½ menit, nih.”
“Ah, jelaskan sekarang! Jangan bikin penasaran, deh!”
“Ok. Ok.” Bu Ayyash memberi isyarat agar para supeoter KPJM yang kebanykkan ibu-ibu dan anak-anak merubungnya. Terdengar ejekan dari kubu JOJOBA.
“Jadi gini, Guys. Dukungan suporter mereka sangat hebat. Hal ini membuat mereka jadi percaya diri. Beda dengan kita yang adem ayem saja seperti menyaksikan orkestra.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan? Kebanyakkan dari kita kan memang tidak tahu menahu soal sepakbola.” sahut Izti.
“Itu enggak penting tapi yang terpenting adalah support kita.”
“Trus?”
“Nha langsung saja kujelaskan. Aku dan Izti ke rumahku untuk mencetak beberapa foto dari kita dan pasangan kita, ehem! Foto mesra maksute. Dan ibu-ibu yang lain bersiap-siap latihan pasang aksi mesra ketika peluit pertandingan ditiup.”
“Apa?! Jangan gila, dunk masa kita suruh mesra-mesraan di tempat umum!” istri Babe Markonah protes.
“Bbe! Dengerin dulu! Aksi mesranya jangan seperti aksi mesra seperti di rumah. Misale gini : ente cium tangan Babe Markonah trus Babe Markonah suruh membelai kepalamu dan kepala anak kalian trus....ya pokoke gituhlah. Saya yakin JOJOBA bakal ngiler melihat aksi kita dan hal ini akan membuat mereka kehilangan konsentrasi. Perang mental, huhahahaha...!”
“Sip! Aku ngerti maksutmu, Yash! Akan lebih baik kalo ada diantara kita menulis kalimat-kalimat romantis untuk menyemangati suami-suami kita. Misalnya, SELAMAT BERJUANG, SAYANG... dan lain sebagainya. Bagaimana?” Izti tampak berbinar dengan penemuannya. Semua mengangguk dan tampak setuju. Tanpa menunggu waktu lama lagi para ibu tersebut melakukan tugas-tugasnya. Tak sedetikpun waktu terbuang.
3 menit menjelang babak kedua Izti dan Ayyash telah muncul dengan sehelai kain putih tak begitu lebar tapi panjang masih terlipat dengan asal. Beberapa anak kecil berbaris rapi di dekat garis lapangan dengan ibu mereka dibelakangnya. Izti dan ayyash mengambil posisi dekat dengan suporter JOJOBA. Beberapa ibu tampak memegang gulungan karton putih. Pngumuman bahwa 1 menit lagi pertandingan akan dimulai terdengar dari pengeras suara. Suporter Jojoba berteriak-teriak ketika tim inti JOJOBA melangkah ke lapangan dengan wibawa yang dibuat-buat plus overacting. Tapi sungguh siapa sangka siapa nyana kegemparan suporter JOJOBA mendadak lenyap bagai tergusur tsunami. Mereka melongo dan mengangakan mulut mereka secara serempak hingga akan tampak menjadi sebuah gambar yang 'bagus' apabila diabadikan. Mereka dibuat tak berkutik dengan aksi para suporter KPJM dan pemainnya. Tulisan yang meskipun dibuat asal jadi di atas beberapa lembar karton putih membuat hati mereka mencelos dan menelan ludah. “SELAMAT BERJUANG, SAYANG...” I LOVE YOU MY HERO” “CANDLE LIGHT DINNER MENANTI KEMANGAN INI, CINTAKU” “PELUK CINTA DAN SAYANG DARI ISTRIMU,SAYANG...” hati mereka kian berkecamuk ketika melihat kain panjang yang direntangkan Izti dan Ayyash. Beberapa foto pengantin ukuran A4 yang tertempel di kain tersebut. Foto-foto tersebut adalah foto Izti dan Ardhi ketika bergandengan tangan setelah akad nikah, lalu foto pengantin Ayyash dan suaminya yang tak kalah mesranya. Di bawah foto itu tertulis kalimat, “SELAMAT TINGGAL JOJOBA” Aksi mesrapun dimulai. Para pemain inti sebelum memasuki lapangan menghampiri istri dan anak-anak mereka lalu tanpa diduga aksi mereka yang sebenarnya tak begitu mesra membuat para suporter JOJOBA menjerit dan terdengar lolongan “tidaaaak!” Pemain inti JOJOBA menoleh ke arah tribun suporternya dan leher mereka seperti ditarik kearah tribun suporter KPJM. Dengan serempak mereka mendekap mulut mereka masing-masing. Apa yang terjadi selanjutnyah terhadap mereka sangat tak beda jauh dengan apa yang terjadi dengan para suporternya baru saja. Sebelum mereka menghabiskan ludah mereka dengan menelannya secara terus menerus demi menyaksikan apa yang terjadi di tribun KPJM wasit telah memperingatkan agar semua pemain ke lapangan. Kick off. Tapi Dayat CS seperti kehilangan nyawa. Seperti ada yang menarik syaraf penglihatan mereka ke arah foto-foto yang terpampang di tribun KPJM. Urvan , sang penjaga gawang melakukan kesalahan fatal karena ia meloncat maju lalu mendekap kepala Kamhas yang disangkanya adalah bola. Alhasil kebobolan gawang JOJOBA. Dian Syahril yang selama ini ditakuti Babe Markonah karena postur tubuhnya yang melebihi dirinya dengan mudah dapat dibody sehingga tak sedetikpun di 10 menit pertama babak kedua ini Dian Syahril dapat menguasa bola. Dayat tak kalah fatalnya dalam melakukan kesalahan. Ia memasukkan bola ke gawangnya sendiri. Sumpah serapah menghujani dirinya. Pak Idrus menggaruk kepalanya lalu meninju tiang dihadapannya demi melampiaskan kekesalannya atas apa yang terjadi dilapangan. Ia melakukan pergantian pemain berkali-kali. Bahkan ketika pengganti Hadid baru saja masuk lapangan ia sudah menggantinya lagi dengan pemain lain. Nasib sial rupanya menimpa Pak Idrus. Baru saja ia berhenti meneriaki anak buahnya di lapangan tiba-tiba sebuah sepatu hitam melayang ke arah mukanya. Urvan, sang empunya sepatu ketakutan bukan kepalang. Saking takutnya ia berlari ke luar lapangan. Gawang JOJOBA tanpa penjaga dan satu gol tercipta dari kaki Arul. Dramatis sekali karena beberapa detik setelah gol kemenangan tersebut peluit wasit ditiup. Pertandingan usai dengan selisih gol antara JOJOBA dan KPJM adalah 5. Fantastik!
Pak Iaf sebagai menejer KPJM menyalami wasit dan mendatangi Pak Idrus yang kini memeluk tiang dengan satu tangannya sementara tangan satunya memegangi mukanya yang terlempar sepatu.
“Pak Idrus, namanya pertandingan pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Ada banyak hal dalam sebuah pertandingan daripada hanya urusan kalah dan menang. Ya setidaknya kita jadi tau bahwa istri-istri kita eh kami adalah penyemangat kami dalam berbagai hal bahkan dalam sebuah permainan seperti ini. Lihatlah mereka membuat kami membalikkan keadaan bukan? Errr...jadi kapan Pak Idrus akan menikah?” tanya Pak Iaf menggoda. Pak Idrus terkesiap dan berteriak “ tidaaaakkk!”
created :
ayyash
0 Komentar untuk "[cerpen] Futsal KPJM VS JOJOBA MYQURAN"